Perkembangan Inflasi di Indonesia
A.
Pengertian
Inflasi adalah suatu
proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus berkaitan dengan
mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain,
konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu
konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya
ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan
proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah suatu keadaan
perekonomian dimana harga-harga secara umum mengalami kenaikan. Kenaikan harga
itu berlangsung dalam jangka waktu yang cukup panjang. Kenaikan harga-harga
barang pada saat hari raya seperti lebaran, natal, tahun baru, dan
perayaan-perayaan hari raya lainnya tidak dianggap sebagai inflasi. Hal itu
disebabkan karena biasanya setelah hari raya tersebut harga-harga akan turun
kembali. Inflasi secara umum terjadi karena jumlah uang yang beredar lebih
banyak daripada yang diperlukan. Inflasi merupakan suatu gejala ekonomi yang
tidak pernah dapat dihilangkan secara tuntas.
Secara
sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat
disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan
harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.
Indikator
yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga
Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga
dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Penentuan barang dan
jasa dalam keranjang IHK dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan memonitor
perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa
kota, di pasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/jasa di
setiap kota.
Indikator
inflasi lainnya berdasarkan international
best practice antara lain:
- Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Harga Perdagangan Besar dari suatu komoditas ialah harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang besar pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas suatu komoditas.
- Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran level harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu ekonomi (negeri). Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB atas dasar harga konstan.
B. Pengelompokan
Inflasi
Inflasi yang
diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 7 kelompok pengeluaran
(berdasarkan the Classification of individual consumption by purpose -
COICOP), yaitu :
- Kelompok Bahan Makanan
- Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau
- Kelompok Perumahan
- Kelompok Sandang
- Kelompok Kesehatan
- Kelompok Pendidikan dan Olah Raga
- Kelompok Transportasi dan Komunikasi.
C.
Berdasarkan
sumbernya, inflasi dapat digolongkan menurut penyebabnya yaitu:
a.
Menurut tingkat keparahan atau laju inflasi, meliputi:
- Inflasi ringan, Inflasi yang masih belum begitu mengganggu keadaan ekonomi, tetapi belum menimbulkan krisis dibidang ekonomi. Inflasi ringan berada dibawah kurang dari 10% per tahun.
2.
Inflasi sedang, Inflasi yang
belum membahayakan kegiatan ekonomi, tetapi inflasi ini sudah menurunkan
tingkat kesejahteraan orang-orang yang berpenghasilan tetap. Inflasi ini
berkisar antara 10% – 30% per tahun.
3.
Inflasi berat, Inflasi ini
sudah mengacaukan kegiatan perekonomian. Pada inflasi ini, orang-orang
cenderung untuk menyimpan barang dan umumnya orang-orang enggan untuk menabung
karena bunga tabungan lebih rendah dari laju inflasi. Inflasi ini berkisar
antara 30% – 100% per tahun.
4.
Hyperinflation, Inflasi ini sudah
mengacaukan kondisi perekonomian dan susah untuk dikendalikan walaupun dengan
kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Inflasi berat ini berada lebih dari
100% per tahun.
b. Menurut penyebab awal inflasi
1) Demand Pull Inflation
Yaitu Inflasi yang disebabkan karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat. Untuk ilustrasinya perhatikan kurva di bawah ini.
Yaitu Inflasi yang disebabkan karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat. Untuk ilustrasinya perhatikan kurva di bawah ini.
Penjelasan:
Pergeseran kurva D1-D2 disebabkan adanya penambahan permintaan Q1- Q2 yang berakibat naiknya harga (P1-P2) jika permintaan bertambah terus (Q2-Q3) menyebabkan harga akan terus naik (P2-P3), begitu seterusnya. Hal ini akan menyebabkan kenaikan harga terus-menerus yang menyebabkan terjadinya inflasi.
Pergeseran kurva D1-D2 disebabkan adanya penambahan permintaan Q1- Q2 yang berakibat naiknya harga (P1-P2) jika permintaan bertambah terus (Q2-Q3) menyebabkan harga akan terus naik (P2-P3), begitu seterusnya. Hal ini akan menyebabkan kenaikan harga terus-menerus yang menyebabkan terjadinya inflasi.
2) Cost Push Inflation
Inflasi yang timbul karena kenaikan ongkos produksi secara terusmenerus. Untuk lebih lanjutnya perhatikan penjelasan inflasi tersebut dengan kurva di bawah ini:
Inflasi yang timbul karena kenaikan ongkos produksi secara terusmenerus. Untuk lebih lanjutnya perhatikan penjelasan inflasi tersebut dengan kurva di bawah ini:
Penjelasan:
Pergeseran kurva D1-D2 disebabkan adanya penambahan permintaan Q1- Q2 yang berakibat naiknya harga (P1-P2) jika permintaan bertambah terus (Q2-Q3) menyebabkan harga akan terus naik (P2-P3), begitu seterusnya. Hal ini akan menyebabkan kenaikan harga terus-menerus yang menyebabkan terjadinya inflasi
Pergeseran kurva D1-D2 disebabkan adanya penambahan permintaan Q1- Q2 yang berakibat naiknya harga (P1-P2) jika permintaan bertambah terus (Q2-Q3) menyebabkan harga akan terus naik (P2-P3), begitu seterusnya. Hal ini akan menyebabkan kenaikan harga terus-menerus yang menyebabkan terjadinya inflasi
3) Inflasi Permintaan dan Penawaran
Inflasi ini disebabkan kenaikan permintaan di satu sisi dan penawaran di sisi lain. Timbulnya inflasi karena antara pelaku permintaan dan penawaran yang tidak seimbang artinya jika permintaan barang bertambah sementara penyediaan barang mengalami kekurangan.
Inflasi ini disebabkan kenaikan permintaan di satu sisi dan penawaran di sisi lain. Timbulnya inflasi karena antara pelaku permintaan dan penawaran yang tidak seimbang artinya jika permintaan barang bertambah sementara penyediaan barang mengalami kekurangan.
c. Berdasarkan Asal Inflasi
1) Domestik Inflation atau inflasi
yang berasal dari dalam negeri. Inflasi ini terjadi karena pengaruh kejadian
ekonomi yang terjadi di dalam negeri, misalnya terjadinya defisit anggaran
belanja negara yang secara terusmenerus di atas dengan mencetak uang. Hal ini
menyebabkan jumlah uang yang dibutuhkan di masyarakat melebihi transaksinya dan
ini menyebabkan nilai uang menjadi rendah dan harga barang meningkat.
2) Imported Inflation atau inflasi
yang tertular dari luar negeri. Inflasi ini disebabkan oleh kenaikan harga
barang ekspor seperti teh dan kopi di luar negeri (negara tujuan ekspor),
harganya mengalami kenaikan dan ini membawa pengaruh terhadap harga di dalam
negeri.
D. Inflasi di Indonesia
Perekonomian Nasional di Indonesia
mengalami perusakan diakibatkan sejak terjadinya krisis moneter. Krisis moneter
yang melanda indonesia di awali dengan terdepresiasinya secara tajam nilai
tukar rupiah terhadap mata uang asing (terutama dolar Amerika), hal itu
mengakibatkan terjadinya lonjakan harga barang-barang impor. Karena kegagalan
mengatasi krisis moneter dalam jangka waktu yang pendek, bahkan cenderung
berlarut-larut, menyebabkan kenaikan tingkat harga terjadi secara umum.
Akibatnya angka inflasi nasional melonjak cukup tajam tanpa diimbangi oleh
peningkatan pendapatan masyarakat yang cenderung semakin merosot.. Akibatnya
Indonesia kembali masuk dalam golongan Negara miskin, sehingga menyebabkan
semakin beratnya beban hidup masyarakat khususnya pada tingkat ekonomi bawah.
Inflasi di Indonesia di ibaratkan
penyakit endemis karena biasanya inflasi terjadi berkepanjangan dan
berlarut-larut. Tingkat inflasi dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Berikut
data inflasi tahunan diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia.
Data
Inflasi Indonesia 10 Tahun Terakhir (2007-2017)
Tahun
|
Inflasi
|
Nilai
Uang
Rp1 juta Berkurang |
Akumulai
Harga
Rp1 juta Bertambah |
|
2007
|
7,40%
|
Rp926.000
|
Rp1.074.000
|
|
2008
|
11,06%
|
Rp823.000
|
Rp1.192.784
|
|
2009
|
2,78%
|
Rp800.689
|
Rp1.225.944
|
|
2010
|
6,96%
|
Rp744.961
|
Rp1.311.269
|
|
2011
|
3,79%
|
Rp716.727
|
Rp1.360.967
|
|
2012
|
4,30%
|
Rp685.908
|
Rp1.419.488
|
|
2013
|
8,36%
|
Rp628.566
|
Rp1.538.157
|
|
2014
|
8,36%
|
Rp576.018
|
Rp1.666.747
|
|
2015
|
3,35%
|
Rp556.721
|
Rp1.722.583
|
|
2016
|
3,02%
|
Rp539.908
|
Rp1.774.605
|
|
2017
|
3,61%
|
Rp520.417
|
Rp1.827.844
|
Dari data di atas, rata-rata inflasi
tahunan umum Indonesia selama 10 tahun adalah 5,94% per tahun (mengacu periode
2007-2016). Menggunakan kalkulasi akumulasi penurunan nilai setelah inflasi 10
tahun, nilai uang secara akumulatif turun -46,01%, jika disetahunkan inflasi terjadi 5,98%
Year on Year (YoY).
E. Dampak dari inflasi
Inflasi
tidak selalu berdampak buruk bagi perekonomian. Inflasi yang terkendali justru
dapat meningkatkan kegiatan perekonomian. Berikut ini adalah akibat-akibat yang
ditimbulkan inflasi terhadap kegiatan ekonomi masyarakat.
·
Dampak Inflasi terhadap Pendapatan :
Inflasi dapat mengubah pendapatan masyarakat. Perubahan dapat bersifat
menguntungkan atau merugikan. Pada beberapa kondisi (kondisi inflasi lunak),
inflasi dapat mendorong perkembangan ekonomi. Inflasi dapat mendorong para
pengusaha memperluas produksinya. Dengan demikian, akan tumbuh kesempatan kerja
baru sekaligus bertambahnya pendapatan seseorang. Namun, bagi masyarakat yang
berpenghasilan tetap inflasi akan menyebabkan mereka rugi karena penghasilan
yang tetap itu jika ditukarkan dengan barang dan jasa akan semakin
sedikit.
·
Dampak Inflasi Terhadap Ekspor :
Pada keadaan inflasi, daya saing untuk barang ekspor berkurang. Berkurangnya
daya saing terjadi karena harga barang ekspor semakin mahal. Inflasi dapat
menyulitkan para eksportir dan negara. Negara mengalami kerugian karena daya
saing barang ekspor berkurang, yang mengakibatkan jumlah penjualan berkurang.
Devisa yang diperoleh juga semakin kecil.
·
Dampak Inflasi Terhadap Minat Orang
untuk Menabung : Pada masa inflasi, pendapatan rill para penabung berkurang
karena jumlah bunga yang diterima pada kenyataannya berkurang karena laju
inflasi. Misalnya, bulan januria tahun 2006 seseorang menyetor uangnya ke bank
dalam bentuk deposito satu tahun. Deposito tersebut menghasilkan bunga sebesar,
misalnya, 15% per tahun. Apabila tingkat inflasi sepanjang januari 2006-januari
2007 cukup tinggi, katakanlah 11%, maka pendapatan dari uang yang didepositokan
tinggal 4%. Minat orang untuk menabung akan berkurang.
·
Dampak Inflasi terhadap Kalkulasi
Harga Pokok : Keadaan inflasi menyebabkan perhitungan untuk menetapkan harga
pokok dapat terlalu kecil atau bahkan terlalu besar. Oleh karena persentase
dari inflasi tidak teratur, kita tidak dapat memastikan berapa persen inflasi
untuk masa tertentu. Akibatnya, penetapan harga pokok dan harga jual sering
tidak tepat. Keadaan inflasi ini dapat mengacaukan perekonomian, terutama untuk
produsen.
F.
Cara mengatasi Inflasi
Tingkat
inflasi yang terlalu tinggi dapat membahayakan perekonomian suatu negara. Oleh
karena itu, inflasi harus segera diatas. Tindakan yang dapat diambil untuk
mengatasi inflasi dapat berupa kebijakan moneter, kebijakan fiskal, atau
kebijakan lainnya.
1. Kebijakan Moneter
1. Kebijakan Moneter
- Kebijakan penetapan persediaan kas : Bank sentral dapat mengambil kebijakan untuk mengurangi uang yang beredar dengan jalan menetapkan persediaan uang yang beredar dengan jalan menetapkan persediaan uang kas pada bank-bank. Dengan mewajibkan bank-bank umum dapat diedarkan oleh bank-bank umum menjadi sedikit. Dengan mengurangi jumlah uang beredar, inflasi dapat ditekan.
- Kebijakan diskonto : Untuk mengatasi inflasi, bank sentral dapat menerapkan kebijakan diskonto dengan cara meningkatkan nilai suku bunga. Tujuannya adalah agar masyarakat terdorong untuk menabung. Dengan demikian, diharapkan jumlah uang yang beredar dapat berkurang sehingga tingkat inflasi dapat ditekan.
- Kebijakan operasi pasar terbuka : melalui kebijakan ini, bank sentral dapat mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menjual surat-surat berharga, misalnya Surat Utang Negara (SUN). Semakin banyak jumlah surat-surat berharga yang terjual, jumlah uang beredar akan berkurang sehingga dapat mengurangi tingkat inflasi.
2. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah langkah
untuk memengaruhi penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan itu dapat
memengaruhi tingkat inflasi. Kebijakan itu antara lain sebagai berikut.
- Menghemat pengeluaran pemerintah : Pemerintah dapat menekan inflasi dengan cara mengurangi pengeluaran, sehingga permintaan akan barang dan jasa berkurang yang pada akhirnya dapat menurunkan harga.
- Menaikkan tarif pajak : Untuk menekan inflasi, pemerintah dapat menaikkan tarif pajak. Naiknya tarif pajak untuk rumah tangga dan perusahaan akan mengurangi tingkat konsumsi. Pengurangan tingkat konsumsi dapat mengurangi permintaan barang dan jasa, sehingga harga dapat turun.
3. Kebijakan Lain di Luar Kebijakan
Moneter dan Kebijakan Fiskal
Untuk memperbaiki dampak yang diakibatkan inflasi, pemerintah menerapkan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Tetapi selain kebijakan moneter dan fiskal, pemerintah masih mempunyai cara lain. Cara-cara dalam mengendalikan inflasi adalah sebagai berikut..
Untuk memperbaiki dampak yang diakibatkan inflasi, pemerintah menerapkan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Tetapi selain kebijakan moneter dan fiskal, pemerintah masih mempunyai cara lain. Cara-cara dalam mengendalikan inflasi adalah sebagai berikut..
- Meningkatkan produksi dan menambah jumlah barang di pasar : Untuk menambah produksi, pemerintah dapat mengeluarkan produksi. Hal itu dapat ditempuh, misalnya, dengan memberi premi atau subsidi pada perusahaan yang dapat memenuhi target tertentu. Selain itu, untuk menambah jumlah barang yang beredar, pemerintah juga dapat melonggarkan keran impor. Misalnya, dengan menurunkan bea masuk barang impor.
- Menetapkan harga maksimum untuk beberapa jenis barang : Penetapan harga tersebut akan mengendalikan harga yang ada sehingga inflasi dapat dikendalikan. Tetapi penetapan itu harus realistis. Kalau penetapan itu tidak realistis, dapat berakibat terjadi pasar gelap (black market).
Referensi:
Komentar
Posting Komentar